Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

23 Maret 2009

Ujian Akhir di Ambang Pintu

Selama ini Unas cenderung dikemas sebagai sistem evaluasi yang menggunakan asumsi pendidikan behavioristik. Dalam tradisi behaviorisme, kata Mary James, evaluasi prestasi siswa dilakukan dengan melihat level hierarki prestasi, dan menekankan benar atau salah (lihat Gardner, 2006: 55). Tentu dengan begini Guru jadi gampang memberi skor nilai. Sekolahan juga lebih mudah menyeleksi calon siswa baru hanya berdasarkan nilai yang diraih pada jenjang sebelumnya. Begitu pula kriteria penerima beasiswa, atau ketika mendaftar PMDK. Coba bayangkan jika nilainnya bukan berupa skor angka atau tidak berdasarkan tes atas soal-soal? Jadinya bingung juga…..

Terus terang saja saya termasuk orang yang tidak setuju bila keberhasilan perjuangan kita selama 3 tahun di sekolah hanya ditentukan dalam 3 hari ujian saja. Ada satu ungkapan, jangan melihat hasil, tapi lihatlah prosesnya. Ya…..tapi pendidikan formal hanya mengakui system ini. Jika kamu seorang pelajar di sekolah formal…ya ikuti saja. Tugasmu hanya melakukan persiapan dengan baik dan berperang dengan usaha yang terbaik serta berharap meraih hasil yang terbaik pula. Ini sangat sederhana.

Sepuluh tahun sudah saya berkecimpung di dunia para pelajar. Mencoba mendalami berbagai hal unik semacam ini. Ketika berkumpul dengan para pelajar ( terutama kelas 3 ), dari nada pembicaraan seolah mereka semakin hari semakin resah. Bukan karena kehilangan pacar atau ditinggal mati binatang piaraan, namun karena UAS-BN yang semakin dekat. Hampir semua begitu…..Sekali lagi…..Hampir semua.

Kembali lagi pada standart nilai kelulusan yang semakin tinggi serta tuntutan dari orang-orang sekitar, semua berpadu menjelma menjadi sebuah ketakutan yang besar. Ada salah seorang pelajar mengatakan bahwa inilah pertempuran terakhir yang mengerikan. Bagaimana denganmu kawan? Apakah itu menjadi suatu pertempuran yang mengerikan?

Fakta : Ngeri atau tidak ngeri…besar atau tidak besar…menentukan atau tidak menentukan…yang jelas itu akan datang menghampiri kita, cepat atau lambat.

Pertanyaannya : Mau menghadapi atau bersembunyi di balik bangku? Hasil terbaik atau hasil buruk yang kamu harapkan? Berjuang dengan jujur atau memilih jalan curang dalam pertempuran itu? Semua terserah dirimu sendiri.

Konsekuwensi : Jika usahamu bagus maka hasilnya pasti juga akan bagus, begitu pula sebaliknya. Namun jika kamu lari darinya, silakan bersiap menghadapi tantangan baru yang mungkin lebih berat. Atau bahkan menjadikanmu lebih hebat. Wallahu a’lam.

Yang harus dilakukan : Bagi para pecundang, bersembunyi adalah jalan terbaik. Bagi orang-orang biasa, ya…..yang penting lulus. Bagi penggila masa depan, tentu akan berjuang dengan kemampuan terbaik.

Sekarang giliranmu…..Lulus, tentu menjadi cita-cita terpenting. Orang tua, Guru, teman-teman, dan yang jelas siapapun mengharapkan itu. Dia sudah ada di depan mata. Jalan mana yang akan kamu tempuh? Sehebat apa usahamu itu? Allah telah menjanjikan hasil terbaik jika kita mau berusaha. Maka apakah kamu akan melewatkan ini?

Berhasil atau tidak itu bukan urusan kita…..Itu mutlak Urusan Allah. Persembahkan yang terbaik untuk karir pendidikanmu. Berlatih disiplin dan professional tentu akan menentukan masa depan kita. Dan yang jelas, apapun hasil dari pertempuran ini bukanlah penentu masa depan.

Ingat : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kesuksesan adalah keberhasilan yang disegerakan. Keberhasilan yang dipaksakan adalah kegagalan yang ditunda.

0 komentar:

Tulisan Terbaru Saya