Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

27 Maret 2009

Mengukir sejarah dalam seminggu

Dua minggu yang lalu di kota saya ada satu even besar yang melibatkan hampir semua sekolahan yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Kota Kediri. Terdiri dari tiga jenjang pendidikan yang berbeda meliputi SD, SMP, SMA / SMK baik Negeri maupus swasta. Even ini diberi nama Sapta Lomba. Ada 7 bidang lomba keislaman untuk pelajar yang diselenggarakan rutin setiap 2 tahun sekali, yaitu CCA, kaligrafi, tartilul Qur’an, qiro’atil Qur’an, pidato / ceramah, shalat berjamaah, dan qasidah modern.


Ratusan sekolahan ikut berpartisipasi di sana. Dan semua orang tahu bahwa acara ini sangat meriah serta menjadi bagian dari kebanggaan Kota Kediri. Namun tidak banyak orang yang tahu bagaimana proses perjuangan para peserta hingga mereka meraih predikat juara dalam masing-masing mata lomba tersebut.


Ada satu kisah yang menurut saya sangat unik dan penuh inspirasi. Ini terjadi pada mata lomba yang paling bergengsi yaitu Qasidah modern. Yang keluar sebagai juara pertama untuk kategori SMA & SMK adalah Grup rebana El Fasa SMAN 8, kemudian juara ke-dua Rebana SMAN 1 dan juara ke- tiga adalah Nada Smega Grup dari SMKN 3. Kebetulan yang menjadi juara pertama dan ke-tiga adalah murid binaan saya sendiri, saya tahu pasti bahwa itu layak. Grup ini sudah terbentuk matang sejak satu setengah tahun yang lalu. Namun di luar dugaan saya, grup rebana yang hanya berlatih selama seminggu saja bisa tampil memukau penonton dan meraih juara ke-dua.


Keherana saya bermula dari salah seorang guru Agama dari SMAN 1 menelpon saya dan meminta dikopikan VCD lagu wajib lomba ketika waktu hanya kurang 3 hari menjelang lomba. Bahkan beliau harus balik ke saya keesokan harinya ketika VCD yang saya berikan patah. Beliau bertutur bahwa ini semua bukan kehendak sekolahan ataupun para guru. Dorongan untuk ikut lomba justru datang dari para siswa. Ada beberapa murid yang memang sejak SMP sudah pernah bermain musik rebana. Dia menghadap Ibu guru tersebut dan mengutarakan maksudnya ini. Kemudian Dia bersama teman-temannya pula yang mengumpulka anak-anak musisi dari beberapa kelas. Praktis hanya seminggu latihan. Dan bahkan mengerjakan lagu wajib lomba hanya dalam 2 hari.


Sepanjang sejarah, SMAN 1 tidak pernah mempunyai grup Qasidah rebana ( karena selama ini yang terkenal di sana adalah Nasyid ), kemudian atas usaha beberapa siswa ( yang menurut saya sangat hebat ), juga seorang Guru yang mendukung mulai dari pencarian VCD lagu wajib sampai kesana-kemari mencari pinjaman alat-alat rebana…..hanya dalam waktu satu minggu, mereka benar-benar mampu mengukir sejarah baru.


Dalam berbagai kasus, ini jarang sekali bisa terjadi. Di mana dari nol fasilitas dan nol komunitas ( belum terbentuk kelompok ), mereka bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan baru dalam waktu hanya beberapa hari. Yang saya tahu modal mereka hanya kecerdasan otak ( karena memang semua adalah siswa pilihan ), semangat membara dan kemampuan kerja tim yang bagus.


Saya kira kisah ini pantas untuk kita jadikan sebuah pelajaran. Siapapun yang mau, dia bisa berprestasi dan mengukir sejarah cemerlang untuk almamaternya. Yang dibutuhkan hanya otak, semangat membara, kemampuan berkelompok dan dukungan dari guru. Saya kira hanya itu. Memang benar bahwa Allah berperan di sana, namun mereka tetap layak kita acungi dua jempol.


Semangt mereka mengingatkan saya pada sebuah ungkapan dari Pak Julianto Eka Putra ( salah seorang trainer favorit saya ). Bisa tidak bisa…Harus bisa ! Because impossible is nothing !



Ditulis oleh Ari Suwandono.

23 Maret 2009

Ujian Akhir di Ambang Pintu

Selama ini Unas cenderung dikemas sebagai sistem evaluasi yang menggunakan asumsi pendidikan behavioristik. Dalam tradisi behaviorisme, kata Mary James, evaluasi prestasi siswa dilakukan dengan melihat level hierarki prestasi, dan menekankan benar atau salah (lihat Gardner, 2006: 55). Tentu dengan begini Guru jadi gampang memberi skor nilai. Sekolahan juga lebih mudah menyeleksi calon siswa baru hanya berdasarkan nilai yang diraih pada jenjang sebelumnya. Begitu pula kriteria penerima beasiswa, atau ketika mendaftar PMDK. Coba bayangkan jika nilainnya bukan berupa skor angka atau tidak berdasarkan tes atas soal-soal? Jadinya bingung juga…..

Terus terang saja saya termasuk orang yang tidak setuju bila keberhasilan perjuangan kita selama 3 tahun di sekolah hanya ditentukan dalam 3 hari ujian saja. Ada satu ungkapan, jangan melihat hasil, tapi lihatlah prosesnya. Ya…..tapi pendidikan formal hanya mengakui system ini. Jika kamu seorang pelajar di sekolah formal…ya ikuti saja. Tugasmu hanya melakukan persiapan dengan baik dan berperang dengan usaha yang terbaik serta berharap meraih hasil yang terbaik pula. Ini sangat sederhana.

Sepuluh tahun sudah saya berkecimpung di dunia para pelajar. Mencoba mendalami berbagai hal unik semacam ini. Ketika berkumpul dengan para pelajar ( terutama kelas 3 ), dari nada pembicaraan seolah mereka semakin hari semakin resah. Bukan karena kehilangan pacar atau ditinggal mati binatang piaraan, namun karena UAS-BN yang semakin dekat. Hampir semua begitu…..Sekali lagi…..Hampir semua.

Kembali lagi pada standart nilai kelulusan yang semakin tinggi serta tuntutan dari orang-orang sekitar, semua berpadu menjelma menjadi sebuah ketakutan yang besar. Ada salah seorang pelajar mengatakan bahwa inilah pertempuran terakhir yang mengerikan. Bagaimana denganmu kawan? Apakah itu menjadi suatu pertempuran yang mengerikan?

Fakta : Ngeri atau tidak ngeri…besar atau tidak besar…menentukan atau tidak menentukan…yang jelas itu akan datang menghampiri kita, cepat atau lambat.

Pertanyaannya : Mau menghadapi atau bersembunyi di balik bangku? Hasil terbaik atau hasil buruk yang kamu harapkan? Berjuang dengan jujur atau memilih jalan curang dalam pertempuran itu? Semua terserah dirimu sendiri.

Konsekuwensi : Jika usahamu bagus maka hasilnya pasti juga akan bagus, begitu pula sebaliknya. Namun jika kamu lari darinya, silakan bersiap menghadapi tantangan baru yang mungkin lebih berat. Atau bahkan menjadikanmu lebih hebat. Wallahu a’lam.

Yang harus dilakukan : Bagi para pecundang, bersembunyi adalah jalan terbaik. Bagi orang-orang biasa, ya…..yang penting lulus. Bagi penggila masa depan, tentu akan berjuang dengan kemampuan terbaik.

Sekarang giliranmu…..Lulus, tentu menjadi cita-cita terpenting. Orang tua, Guru, teman-teman, dan yang jelas siapapun mengharapkan itu. Dia sudah ada di depan mata. Jalan mana yang akan kamu tempuh? Sehebat apa usahamu itu? Allah telah menjanjikan hasil terbaik jika kita mau berusaha. Maka apakah kamu akan melewatkan ini?

Berhasil atau tidak itu bukan urusan kita…..Itu mutlak Urusan Allah. Persembahkan yang terbaik untuk karir pendidikanmu. Berlatih disiplin dan professional tentu akan menentukan masa depan kita. Dan yang jelas, apapun hasil dari pertempuran ini bukanlah penentu masa depan.

Ingat : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kesuksesan adalah keberhasilan yang disegerakan. Keberhasilan yang dipaksakan adalah kegagalan yang ditunda.

Tulisan Terbaru Saya