Ratusan sekolahan ikut berpartisipasi di sana. Dan semua orang tahu bahwa acara ini sangat meriah serta menjadi bagian dari kebanggaan Kota Kediri. Namun tidak banyak orang yang tahu bagaimana proses perjuangan para peserta hingga mereka meraih predikat juara dalam masing-masing mata lomba tersebut.
Ada satu kisah yang menurut saya sangat unik dan penuh inspirasi. Ini terjadi pada mata lomba yang paling bergengsi yaitu Qasidah modern. Yang keluar sebagai juara pertama untuk kategori SMA & SMK adalah Grup rebana El Fasa SMAN 8, kemudian juara ke-dua Rebana SMAN 1 dan juara ke- tiga adalah Nada Smega Grup dari SMKN 3. Kebetulan yang menjadi juara pertama dan ke-tiga adalah murid binaan saya sendiri, saya tahu pasti bahwa itu layak. Grup ini sudah terbentuk matang sejak satu setengah tahun yang lalu. Namun di luar dugaan saya, grup rebana yang hanya berlatih selama seminggu saja bisa tampil memukau penonton dan meraih juara ke-dua.
Keherana saya bermula dari salah seorang guru Agama dari SMAN 1 menelpon saya dan meminta dikopikan VCD lagu wajib lomba ketika waktu hanya kurang 3 hari menjelang lomba. Bahkan beliau harus balik ke saya keesokan harinya ketika VCD yang saya berikan patah. Beliau bertutur bahwa ini semua bukan kehendak sekolahan ataupun para guru. Dorongan untuk ikut lomba justru datang dari para siswa. Ada beberapa murid yang memang sejak SMP sudah pernah bermain musik rebana. Dia menghadap Ibu guru tersebut dan mengutarakan maksudnya ini. Kemudian Dia bersama teman-temannya pula yang mengumpulka anak-anak musisi dari beberapa kelas. Praktis hanya seminggu latihan. Dan bahkan mengerjakan lagu wajib lomba hanya dalam 2 hari.
Sepanjang sejarah, SMAN 1 tidak pernah mempunyai grup Qasidah rebana ( karena selama ini yang terkenal di sana adalah Nasyid ), kemudian atas usaha beberapa siswa ( yang menurut saya sangat hebat ), juga seorang Guru yang mendukung mulai dari pencarian VCD lagu wajib sampai kesana-kemari mencari pinjaman alat-alat rebana…..hanya dalam waktu satu minggu, mereka benar-benar mampu mengukir sejarah baru.
Dalam berbagai kasus, ini jarang sekali bisa terjadi. Di mana dari nol fasilitas dan nol komunitas ( belum terbentuk kelompok ), mereka bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan baru dalam waktu hanya beberapa hari. Yang saya tahu modal mereka hanya kecerdasan otak ( karena memang semua adalah siswa pilihan ), semangat membara dan kemampuan kerja tim yang bagus.
Saya kira kisah ini pantas untuk kita jadikan sebuah pelajaran. Siapapun yang mau, dia bisa berprestasi dan mengukir sejarah cemerlang untuk almamaternya. Yang dibutuhkan hanya otak, semangat membara, kemampuan berkelompok dan dukungan dari guru. Saya kira hanya itu. Memang benar bahwa Allah berperan di sana, namun mereka tetap layak kita acungi dua jempol.
Semangt mereka mengingatkan saya pada sebuah ungkapan dari Pak Julianto Eka Putra ( salah seorang trainer favorit saya ). “ Bisa tidak bisa…Harus bisa ! Because impossible is nothing ! “
Ditulis oleh Ari Suwandono.